Senin, 04 September 2017

BACA INI KAWRUH KEJAWEN: Belajar dari Sastra Jendra Hayuningrat

BACA INI KAWRUH KEJAWEN: Belajar dari Sastra Jendra Hayuningrat Sastra Jendra Hayuningrat Untuk orang yang belajar kawruh Kejawen, pasti telah tidak asing sekali lagi dengan kalimat Sastra Jendra Hayuningrat. Walau banyak yang telah mendengar kalimat itu, namun tidak sering ada yang ketahui apa arti sesungguhnya. Menurut Ronggo Warsito, sastra jendra hayuningrat yaitu jalan atau langkah untuk menjangkau kesempurnaan hidup. Jika kebanyakan orang didunia ini mengerjakannya, jadi bumi juga akan sejahtera. 



Nama beda dari sastra jendra hayuningrat yaitu sastra cetha yang bermakna sastra tanpa ada papan serta tanpa ada catat. Meskipun tanpa ada papan serta catat, namun maknanya begitu jelas serta dapat dipakai jadi serat paugeraning gesang. 

Terdapat banyak bagian bertapa yang perlu dilewati untuk menjangkau Sastra Jendra Hayuningrat. 

Tapa Jasad : Tapa jasad yaitu mengatur atau hentikan gerak badan serta gerak fisik. Lakunya tidak dendam serta sakit hati. Semuanya yang berlangsung pada diri kita di terima dengan legowo serta tabah. 
Tapa Budhi : Tapa Budhi mempunyai makna menyingkirkan semua perbuatan diri yang hina, seperti tidak jujur pada orang yang lain. 
Tapa Udara Nafsu : Tapa Udara Nafsu yaitu mengatur nafsu atau sifat angkara murka yang keluar dari diri pribadi kita. Lakunya yaitu selalu sabar serta berupaya mensucikan diri, gampang berikan maaf serta patuh pada GUSTI ALLAH kang moho suci. 
Tapa Cipta : Tapa Cipta bermakna Cipta/otak kita diam serta memerhatikan perasaan dengan benar-benar atau dalam bhs Jawanya ngesti surasaning raos ati. Berupaya untuk menuju heneng-meneng-khusyuk-tumakninah, hingga tidak gampang diombang-ambingkan siapa saja serta senantiasa heningatau siaga supaya selalu dapat memusatkan fikiran pada GUSTI ALLAH semata. 
Tapa Sukma : Dalam bagian ini kita terlalu fokus pada ketenangan jiwa. Lakunya yaitu ikhlas serta memperluas rasa kedermawanan dengan selalu eling pada fakir miskin serta memberi sedekah dengan ikhlas tanpa ada pamrih. 
Tapa Cahya : Ini adalah bagian tapa yang lebih dalam sekali lagi. Prinsipnya tapa pada tataran ini yaitu selalu eling, awas serta siaga hingga kita juga akan jadi orang yang waskitha (tahu apa yang akan berlangsung). 
Sudah pasti semuanya pengetahuan yang kita peroleh itu tidak dari diri kita pribadi, tetapi dari GUSTI ALLAH. Semuanya pengetahuan itu adalah ‘titipan’, sama juga dengan nyawa kita yang setiap saat dapat di ambil GUSTI ALLAH jadi si EMPUNYA dari semuanya. Jadi tidak semestinya kita terasa sombong dengan pengetahuan yang telah dititipkan GUSTI ALLAH pada kita. 
Sastra Jendra dimaksud juga Sastra Ceta. Satu hal yang memiliki kandungan kebenaran, keluhuran, keagungan juga akan kesempurnaan penilaian pada beberapa hal yang belum juga riil untuk manusia umum. Karenanya Pengetahuan Sastra Jendra dimaksud sebagai pengetahuan atau pengetahuan mengenai rahasia semua semesta alam bersama perubahannya. Jadi tugasnya, Pengetahuan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah jalan atau langkah untuk menjangkau kesempurnaan hidup. 
Untuk menjangkau tingkat hidup yang sekian itu, manusia mesti meniti beragam kriteria atau jalan dalam hal semacam ini bermakna sukma serta roh yang manunggal, diantaranya dengan beberapa cara seperti : 
Mutih : makan nasi tanpa ada lauk pauk yang berbentuk apa pun juga. 
Sirik : menghindari diri dari semua jenis keduniawian. 
Ngebleng : hindari semua makanan atau minuman yang tidak bergaram. 
Patigeni : tidak makan atau minum apa-apa sekalipun. 
Setelah itu lakukan samadi, sembari kurangi makan, minum, tidur serta beda sebagainya. Pada samadi tersebut pada galibnya orang juga akan mendapalkan ilham atau wisik. Ada tujuh bagian atau tingkat yang perlu dikerjakan jika menginginkan menjangkau tataran hidup yang prima, yakni : 
Tapaning jasad, yang bermakna mengatur/hentikan daya gerak badan atau aktivitasnya. Jangan sampai sebaiknya terasa sakit hati atau menyimpan balas dendam, terlebih terserang jadi tujuan karna perbuatan orang yang lain, atau karena satu momen yang menyangkut pada dianya. Enakat-dapatnya hal itu di terima saja dengan kesungguhan hati. 
Tapaning budi, yang bermakna menghindarkan/memungkiri perbuatan yang terhina serta segalanya yang berbentuk tidak jujur. 
Tapaning udara nafsu, yang bermakna mengatur/melemparkan jauh-jauh udara nafsu atau sifat angkara murka dari diri pribadi. Sebaiknya senantiasa berlaku sabar serta suci, murah hati, berperasaan dalam, sukai berikan maaf pada siapa juga, juga patuh pada Tuhan Yang Maha Esa. Memerhatikan perasaan dengan benar-benar, serta berupaya sekuat tenaga kearah ketenangan (heneng), yang bermakna tidak bisa diombang-ambingkan oleh siapa atau apa pun juga, dan kewaspadaan (hening). 
Tapaning sukma, yang bermakna memenangi jiwanya. Sebaiknya kedermawanannya diperluas. Pemberian suatu hal pada siapa saja harus juga berdasar pada keikhlasan hati, seolah-olah jadi persembahan demikian, hingga tidak menyebabkan suatu hal kerugian yang berbentuk apa pun juga kepada pihak yang manapun juga. Secara singkat tanpa ada menyinggung perasaan. 
Tapaning cahya, yang bermakna sebaiknya orang senantiasa awas serta siaga dan memiliki daya meramalkan suatu hal dengan pas. Jangan pernah kabur atau mabuk karna kondisi cemerlang yang bisa menyebabkan pandangan yang serba samar serta saru. Sekali lagi juga aktivitasnya sebaiknya senantiasa diperuntukkan pada kebahagiaan serta keselamatan umum. 
Tapaning gesang, yang bermakna berupaya berjuang sekuat tenaga dengan waspada, kearah kesempurnaari hidup, dan patuh pada Tuhan Yang Maha Esa. Mengingat jalan atau cara tersebut berkedudukan pada tingkat hidup teratas, jadi pengetahuan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu itu diberi nama juga “Benih semua semesta alam. ” 
Jadi makin terang kalau Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu cuma untuk kunci agar bisa mengerti isi Rasa Jati, di mana untuk menjangkau suatu hal yang mulia dibutuhkan mutlak perbuatan yang sesuai sama. Rasajati memperlambangkan jiwa atau tubuh halus maupun nafsu sifat setiap manusia, yakni hasrat, kecenderungan, dorongan hati yang kuat, kearah yang baik ataupun yang jelek atau jahat. Nafsu sifat itu adalah ; Lumamah (angkara murka), Amarah, Supiyah (nafsu birahi). Ke-3 sifat itu melambangkan beberapa hal yang mengakibatkan tidak teraturnya atau kacau balaunya suatu hal orang-orang dalam beragam bagian, diantaranya : kesengsaraan, petaka, kemiskinan serta beda sebagainya. Sedang sifat paling akhir yakni Mutmainah (nafsu yang baik, dalam makna kata berbaik hati, berbaik bhs, jujur serta beda sebagainya) yang senantiasa menghalang-halangi aksi yg tidak pantas.
loading...
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: