Selasa, 08 Agustus 2017

Petilasan Ken Arok Yang Terlupakan

Petilasan Ken Arok  Yang Terlupakan  Dalam cerita Kitab Pararaton dijelaskan kalau nama Jiput adalah satu desa tempat lahirnya pemuda yang bersedia jadi korban untuk pintu gerbang asrama Mpu Tapawangkeng di Bulalak supaya dijelmakan ke timur Kawi yang setelah itu juga akan turunkan anak bernama Ken Angrok (Padmapuspita, 1966 : 47). Dimanakah letak Desa Djiput? 

Petilasan Ken Arok  Yang Terlupakan


Alih-alih di daerah Blitar ada satu petilasan Ken Arok. Pada bulan November th. 2009 pada akhirnya saya meluncur serta mencari keletakan petilasan itu. Tidak sulit untuk memperolehnya, nyatanya petilasan itu saat ini ada di Desa Jiwut, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Nama Desa Jiwut (Djiwut) tidak tutup peluang dulu bernama Djiput. 

Menurut pembicaraan warga setempat masih tetap yakin kalau Desa Jiwut adalah tempat petilasan dari seseorang tokoh yang bernama Ken Angrok. Terutama di Dusun Lumbung, Desa Jiwut sempat ada banyak tinggal-tinggalan arkeologis berbentuk makara, jaladwara serta batu andesit yang berupa seperti piramida (Knebel, 1908 : 75-76). 

Patilsan Ken Arok yang Terlupakan 

Masih tetap menurut pembicaraan warga setempat yang terdapat di Dusun itu kalau dulu dipercaya jadi tempat sisa petilasan Ken Angrok serta memberitahu dulu ada tumpukan balok batu bata kuno besar-besar ditempat sisa petilasan itu tetapi sayang sekali keberadaanya saat ini telah hancur serta berpindah jadi tempat ladang masyarakat. Sedang sisa batu batanya hancur karna termakan umur serta hancur karna hujan. 

Sedang di pemakaman umun Dusun Klampok yang bersebelahan segera dengan Dusun Lumbung diketemukan tinggalan-tinggalan berbentuk sebagian balok batu bata kuno, umpak serta sebagian lumpang yang berantakan di tepi pemakaman sampai di parit luar pemakaman. Menurut pembicaraan warga Dusun Klampok kalau dari sejak dulu lumpang itu berniat di simpan atau dibuang di pemakaman manfaat untuk hindari dari alamat tidak baik apabila mempunyai keturunan yang banyak. 


Diluar itu juga satu pelipit arca pecahan dari Prasasti Kinwu yang dituliskan dibalik arca Ganesha keberadaanya sudah diketemukan kembali di Dusun Klampok, Desa Jiwut (Suhadi, e. a, 1996 : 30). 

Nama Mpu Tapawangkeng juga dimaksud dalam Kitab Tantu Panggelaran. Diberitakan kalau Mpu Tapawengkeng dengan ke-2 mpu yang lain yakni Mpu Tapapelet serta Mpu Barang tengah buat serta mengukir " kancana " dari emas denga rupa serupa seperti Bhatara Wisnu. Sesudah usai buat benda itu, raja dari Daha yakni Maharaja Taki inginkan benda itu. Pada akhirnya ke-3 Mpu ini diundang di Daha serta menyerahkan benda itu pada sang prabu (Piqeaud, 1924 : 116-117). Jadi Mpu Tapawengkeng adalah satu diantara petinggi terhormat di Daha. 

Diluar itu dalam uraian Tantu Panggelaran dijelaskan kalau Permaisuri Maharaja Taki di Daha tengah memiliki kandungan, ketika itu juga dikabarkan kalau Sang Hyang Ciwahaditya mempunyai hutang laksa pada Raja Taki, tetapi ketika menagih hutang sang Hyang Ciwahaditya geram serta berikan perak pada raja, hal semacam ini di ketahui oleh permaisurinya. Pada akhirnya ketika melahirkan keluarlah anak yang berwujud sapi yang berwarna " Bulalak " (perak). Permaisuri pada akhirnya ditendang oleh sang prabhu. Anaknya yang berwujud Sapi itu meninggalan Daha dengan Samget Bhaganjing. Bhatari Cri bersumbah kalau juga akan ada seseorang ratu wanita yang juga akan kuasai semua Nusa Jawa serta di Daha (Piqeaud, 1924 : 118-119). 

Pada uraian setelah itu dijelaskan kalau anak yang berwujud sapi itu mengembara sampai ke Mandala Bhulalak tempat Mpu Tapawangkeng yang letaknya jauh dari Daha. Mengenai argumen pergi ke Mandala Bhulalak yaitu untuk berobat (Piqeaud, 1924 : 121-122). 

Jika uraian dari Kitab Tantu Panggelaran kita sejajarkan dengan Kitab Pararaton akhirnya mempunyai persamaan, yakni : 
1. Nama Mandala Bhulalak tempat Mpu Tapawangkeng dalam Kitab Tantu Panggelaran letaknya sama juga dengan apa yang dikabarkan oleh Kitab Pararaton. 

2. Arti dari pengorbanan seseorang pemuda dalam Kitab Pararaton mempunyai kesamaan dengan uraian dalam Kitab Tantu Panggelaran kalau anak yang berwujud sapi pergi ke Mandala Bhulalak mempunyai tujuan untuk berobat dalam makna yaitu " Ruwatan " 

3. Dikabarkan dalam uraian Kitab Pararaton kalau pemuda itu mempunyai perilaku tidak baik serta mengambil keputusan tali kekang kesusilaan, serta jadi masalah Hyang yang gaib (Padmapuspita, 1966 : 47) mempunyai kesamaan makna dari uraian Kitab Tantu Panggelaran dengan anak yang berwujud hewan (sapi). 

4. Dikabarkan kalau anak yang berwujud sapi itu diusir dari Daha oleh ayahnya 
sama seperti dengan Pemuda yang mempunyai ibu saja hal semacam ini dapat " janda ". 

5. Dalam Kitab Tantu Panggelaran perjalanannya Anak berwujud sapi itu menjurus ke timur sampai hingga di Mandala Kawi, kemudian kebarat menuju ke Mandala Dupaka serta selesai di Mandala Bhulalak (Piqeaud, 1924 : 121). Dalam uraian Kitab Pararaton dikabarkan kalau sebelumnya menuju Bhulalak, Pemuda itu ada dari Djiput (Djiwut) yang sampai saat ini masih tetap tersisa tinggalannya. Jadi Mandala Bhulalak tempatnya mesti dicari di samping barat Kawi. 

6. Dalam Kitab Pararaton diterangkan kalau Ken dedes juga akan turunkan raja-raja Jawa hal semacam ini sama juga dengan apa yang dikabarkan dalam Kitab Tantu Panggelaran mengenai kutukan Bhatari Sri juga akan ada ratu yang kuasai Nusa Jawa serta Daha. 

Dari kesamaan uraian dari ke-2 Kitab karya sastra itu jadi pengorbanan yang ditujukan dalam Pararaton yaitu ruwatan atau penyembuhan yang dikabarkan dalam Tantu Panggelaran. Setelah itu Pararaton mengatakan kalau Pemuda itu menjelma jadi seseorang tokoh yang bernama Ken Arok di Timur Kawi. 

Dari uraian di atas sangkanya kita berfikir sesaat dari tempat mana asal Ken Arok? dari deskripsi di atas kalau dia datang dari Daha yang mengusi ke Barat Kawi serta jadi besar atau raja di Timur Kawi. Jadi Ken Arok yaitu anak dari penguasa di Daha. 

dari Petilasan Ken Arok berikut kita ketahui siapa Ken Arok, tetapi saat ini asal Ken Arok menuju karier semakin besar yakni nasibnya tinggal masa lalu tidak ada perawatan serta terlupakan oleh sang saat.sumber
loading...
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: